Yoan Dan Siska I
Siska terengah-engah ketika Yoan mulai meraba
selangkangannya, membuat seluruh tubuhnya bergetar. Sentuhan kasar itu
sangat nikmat rasanya. Jari-jari Yoan memainkan klitorisnya yang tebal,
membuat gumpalan daging itu merekah kemerahan dan basah. Kemudian Yoan
berhenti dan Siska tahu apa yang harus ia lakukan. Siska mulai melepas
jeans-nya dan kemudian melepaskan celana dalamnya yang sudah basah dan
lengket. Kemudian Siska duduk kembali di sofa dan membuka kakinya
lebar-lebar.
"Cepat Yoan, sebentar lagi orang tua Siska datang, cepat!" kata
Siska sambil mengusap-usap selangkangannya. Yoan lalu berlutut di depan
selangkangan Siska yang masih menunggu. Bibir vaginanya yang masih
perawan berwarna merah kecoklatan, dengan gumpalan daging kecil di
atasnya, yang ditumbuhi rambut-rambut tebal di sekelilingnya. Yoan
menjulurkan lidahnya, merasakan kenikmatan selangkangan Siska yang
basah dengan penuh nafsu. Yoan menghisap-hisap klitorisnya dengan
nikmat, dan sesekali lidahnya menjulur masuk ke lubang kemaluannya.
Dijilatinya terus selangkangan Siska, sambil ia sendiri merogoh ke
balik celana dalamnya mengusap-usap kemaluannya yang terangsang. Nafas
Siska semakin cepat, seiring dengan hampir sampainya ia ke puncak.
Jilatan dan gigitan-gigitan Yoan ke selangkangannya sangat nikmat dan
tepat ke titik-titik nikmatnya. Hisapan-hisapan mulut Yoan membawanya
melayang menuju klimaks. Pahanya semakin terasa kaku dan otot-otot
kemaluannya semakin meregang seiring dengan mengalirnya cairan
kemaluannya, sampai akhirnya Siska berteriak ketika ia mencapai puncak.
Begitu nikmatnya sampai Siska bergelinjang ke kanan dan ke kiri
merasakan otot-otot kemaluannya mengalami orgasme. Sensasi itu sangat
nikmat dibarengi dengan jilatan-jilatan Yoan yang masih terus mencari
sela-sela di tengah-tengah kemaluannya, seakan-akan haus akan
cairannya. Sampai akhirnya otot-ototnya mulai relaksasi dan Siska
langsung mendorong kepala Yoan menjauh karena klitorisnya sudah sangat
sensitif terhadap sentuhan. Siska harus mendorong kepala Yoan agak kuat
karena Yoan kelihatannya masih belum puas.
"Cukup Yoan, cukup, Siska sudah kecapekan! Tuh, suara klakson mobil
Papa! Cukup Yoan!" kata Siska setengah berteriak sambil mendorong
kepala Yoan untuk yang ketiga kalinya. Siska langsung berdiri dengan
agak terhuyung-huyung karena masih lemas, lalu langsung memakai celana
dalamnya, diikuti celana jeans-nya, dan pas ketika itu pintu depan
terbuka dan orang tua Siska masuk ke dalam.
"Eh, Yoan.. sudah lama di sini?" sapa Ibu Siska yang masuk sambil menenteng keranjang belanjaan.
"Lumayan, saya lagi mau pulang ini, Tante." jawab Yoan sambil menyeka bibirnya yang basah oleh cairan Siska.
"Kamu mau anterin Yoan pulang, Sis?" tanya ayah Siska, "Ati-ati lho.. di Siliwangi rada macet."
"Iya, Pap.. Siska pergi dulu ya, Pap.. Mam.."
"Mari, Oom.. Tante!"
"Ya, ati-ati ya!" jawab Ibu Siska.
Begitu Siska sudah menjalankan mobilnya sampai keluar rumahnya,
Yoan langsung berkata, "Aku masih belum puas Siska, kita harus
melakukannya lagi kapan-kapan, harus!"
"Yoan.. aku ngerasa nggak enak tentang ini.. maksudku, ini kan nggak normal, ini hubungan lesbian, Yoan!"
"So what kalo ini lesbian, ini jauh lebih baik daripada straight
sex, kan? Lebih kecil resikonya, dan dengan kadar kenikmatan yang
lebih. Yah.. maksudku aku juga menikmati hubungan seks dengan pacarku
sih.. sangat menikmati.. tapi ini kan demi kamu, kamu yang ingin
merasakan nikmatnya orgasme, dan aku juga ingin menikmati hubungan
sesama jenis dari dulu. Kita ini adalah pasangan yang tepat untuk
bereksperimen, Siska! Sangat tepat. Aku jadi dokternya dan kamu jadi
pasiennya, iya kan Siska?"
Siska lalu menjawab, "Yah gimana.. aku ngerasa berdosa nih, dan ngerasa nggak normal."
"Gini deh Sis.. bilang ke aku sekarang kalo tadi itu nggak enak,
nggak nikmat, bilang kamu nggak mau lagi dijilatin kaya tadi, dan aku
nggak akan lakuin lagi!" kata Yoan.
"Yo.. jangan gitu dong, aku masih bingung nih.."
"Ya udah.. kalo gitu aku nggak akan lakuin lagi, kamu nggak akan ngerasain lagi nikmatnya orgasme seperti tadi."
"Bukan.. bukan, bukan gitu maksudku.. aku suka kok.."
"Kamu nggak akan ngerasain klitoris kamu dijilatin sedemikian rupa
dan puting susumu dihisap sampai kamu mengelepar dalam kenikmatan?"
"Nggak.. nggak, aku masih mau kok.."
"Kalo kamu nggak mau lagi ya udah, aku bisa cari pasien lain kok.."
"Nggak.. jangan.. jangan, aku masih mau, please.. aku masih mau kaya tadi, mau banget, please deh Yoan, pleasee..!"
"Kalo kamu emang mau ya nggak usah banyak omong, nggak usah ngerasa
berdosa segala macem, nggak usah munafik lah jadi orang! Aku tau kok
kamu tuh sebenernya anaknya nafsu seksnya gede dan suka ngekhayal, aku
cuman mau ngewujudin fantasi kamu. Kalo kamu nggak mau ya udah, nggak
pa-pa!"
"Sorry deh Yoan.. sorry, abis tadi Siska kan baru pertama, masih
ngerasa bingung. Iya deh, sekarang Siska mau deh ama Yoan gitu lagi,
kapan aja. Sorry deh Yoan tadi Siska ragu-ragu.."
"Ya udah.. kamu sendiri ya yang ngomong mau gitu kapan aja, kalo gitu abis ini langsung di kost aku."
"Yah.. nggak bisa Yoan, aku abis ini mesti pergi ama bonyok
(bokap-nyokap, red), ini kan hari Minggu, nggak bisa ditawar lagi
Yoan.."
"Kata kamu kamu mau kapan aja ama aku.."
"Besok deh Yoan, janjii.. besok abis ujian Metper jam 9:00 pagi kan
beresnya? Abis itu Siska ke kost kamu deh, sampe sore.. OK? OK? Please
Yoan.. pleasee..!"
"Besok ya bener, abis pulang ujian, jangan sampe telat, awas!" ancam Yoan.
"Iya, bener kok," jawab Siska sambil tersenyum senang tidak tahu apa yang akan terjadi besok.
Yoan masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan menang dan berkuasa,
tak disangkanya Siska bisa masuk ke dalam genggamannya. Ia memang dari
awal kuliah bersahabat dengan Siska. Sifat Yoan yang tomboy dan Siska
yang manja membuat mereka berdua sangat cocok. Siska sering curhat ke
Yoan tentang cowok-cowok yang mendekatinya. Siska benar-benar polos
tentang semua masalah cowok karena orang tuanya yang sangat ketat
dengan masalah pacaran. Orang tua Siska hanya mengijinkan Siska
berteman dengan cewek dan bukan cowok. Sementara itu kepolosan dan
kebaikan Siska membuat Yoan merasa sangat berkuasa. Sifatnya yang dari
dulu tomboy membuat Yoan menjadi ingin memiliki Siska secara
keseluruhan termasuk dalam hal seks. Yoan dari SMA sudah disekolahkan
di sekolah khusus perempuan dan tinggal di asrama. Di sana ia mengenal
dunia lesbian, walaupun tidak menyeluruh. Tapi ia sudah mengenal
pelampiasan nafsu seksual dengan sesama jenis sejak di asrama, di mana
ia membantu temannya masturbasi dengan tangannya, dan juga oral seks.
Pada kelas tiga SMA, Yoan berpacaran dengan anak luar sekolah dan
berhubungan seks dengannya. Hubungan seks dengan lawan jenis juga
disukai Yoan, ia menikmatinya seperti saat ia menikmati telanjang
dengan sesama jenis dan saling meraba. Bedanya dengan lawan jenis
adalah ia berada di bagian yang lemah dan tidak berkuasa, sedangkan
dengan sesama perempuan ia menjadi yang berkuasa dan bisa melakukan
semua yang diinginkannya.
Setelah ia lulus SMA dan kuliah di Bandung, ia tidak menemukan
sesama perempuan untuk memenuhi hasratnya, sampai semester 1 berakhir.
Ia berkenalan dengan Siska ketika mereka mendapat tugas kelompok untuk
dikerjakan bersama. Kebetulan mereka duduk bersebelahan dan Siska
mengajak Yoan menjadi anggota kelompoknya, dan Yoan pun tidak
menolaknya. Yoan kemudian memperhatikan bahwa Siska adalah perempuan
yang benar-benar sesuai dengan seleranya, lemah, polos dan penurut.
Fisik Siska pun juga sangat menarik dan banyak cowok yang mengejarnya,
namun ditolaknya semua karena otaknya sudah terdoktrinasi oleh kedua
orang tuanya tentang bagaimana bahayanya lelaki jaman sekarang, yang
mana sangat menguntungkan bagi Yoan.
Tinggi Siska kira-kira 162 cm dengan berat badan 55 kg. Ia terkesan
agak bongsor tetapi sangat manis bila dilihat. Pantatnya besar dan
menggemaskan, dan payudaranya juga montok dan merangsang birahi orang
yang melihatnya. Rambutnya panjang dan modis, dengan wajah yang polos
dan sangat manis bila tersenyum. Kulitnya putih mulus dengan bulu-bulu
halus di punggung tangannya.
Sementara Yoan bertubuh langsing, dengan tinggi 160 cm dan berat 48
kg, dengan rambut hitam seleher dan kulit agak hitam. Pantat dan
payudaranya terlihat kencang dan terlatih berkat aerobik yang rutin
dilakukannya, walaupun lengannya terlihat terlalu besar untuk wanita
seukurannya. Ia juga adalah cewek yang sangat kuat dan atletis. Tidak
ada yang mampu menandingi staminanya dalam kegiatan olahraga yang
diadakan kampus.
Pada awalnya sebenarnya ia merasa Siska itu terlalu alim dan polos
untuk diajak berlanjut ke hubungan lesbian, apalagi Siska dan
keluarganya sangat aktif di salah satu kegiatan rohani di Bandung. Tapi
kemudian semuanya mulai menjadi jelas ketika Siska sering curhat bahwa
ia beberapa kali masturbasi, dan kurang mengerti bagaimana mencapai
klimaks. Ia pun juga tidak pernah melihat film-film XX yang memaparkan
hubungan seks secara detail. Akhirnya Yoan berhasil mempengaruhinya
bahwa ia bisa membantunya mencapai klimaks yang sangat dalam dan
memuaskan, setelah meyakinkannya berkali-kali bahwa hal itu tanpa
resiko penyakit dan kehamilan, dan tidak terlalu berdosa, juga dengan
banyak penjelasan yang merangsang tentang bagaimana indah dan
menyehatkannya klimaks yang hebat itu, dan juga menyegarkan pikiran
serta melancarkan aliran darah. Akhirnya terjadi juga pada hari Minggu
sore itu. Yoan tak akan pernah melupakannya, Minggu sore 13 Mei 2001,
di ruang tamu rumah Siska, Siska akhirnya bersedia mencobanya. Walaupun
Yoan masih belum puas menikmati selangkangan Siska hari itu, ia masih
cukup membayangkan ia akan menikmati Siska lagi esok hari, di kost-nya
yang sepi, sepanjang sore. Dan saat itu, ia pasti sudah menyiapkan
segalanya demi kepuasannya, dan untuk menundukkan Siska pada
perintahnya, untuk selama-lamanya.
Yoan lalu melucuti pakaiannya sampai ia telanjang bulat, lalu mulai
menyiapkan segala sesuatunya buat esok hari di dalam kamarnya dengan
selengkap-lengkapnya, kemudian setelah itu ia melakukan push-up dan
angkat barbel untuk kekuatannya, dan bermasturbasi dengan gila-gilaan
sebanyak tiga kali dengan bayangan Siska yang memohon-mohon belas
kasihan padanya besok, sampai akhirnya ia tidur kelelahan di
ranjangnya.
Yoan mengintip dari jendela kamarnya ketika ia mendengar suara
mobil memasuki halaman parkir kost-nya. Dilihatnya Suzuki Esteem warna
abu-abu tua milik Siska sudah datang. Yoan segera berlari turun untuk
membukakan pintu. Di depan pintu sudah ada Siska menunggunya. Ia
kelihatan cantik sekali pagi ini, dengan rambutnya yang ditimpa
matahari sehingga menjadi berwarna kemerahan, dan kaos ketat hijau
kesayangannya serta celana jeans warna biru tua yang kemarin
dipakainya. Yoan hanya mengenakan daster merah yang tipis tanpa
mengenakan apa-apa lagi di dalamnya, dan ia dapat merasakan bahwa
selangkangannya mulai lengket.
"Kamu keliatan cakep banget hari ini, Sis!" kata Yoan sambil
menyuruh Siska masuk dan mengunci dobel pintu depannya. Ia tak ingin
diganggu siapa pun hari ini, termasuk teman kost-nya.
"Thanks.. dan kamu vulgar banget hari ini, Yo.." kata Siska sambil melihat tubuh Yoan yang menerawang di balik dasternya.
"Kost kamu sepi hari ini?"
"Iya, Monik dan Rini lagi KP di Bali, Stanley ujian sampe malam dan
langsung nginep di rumah temennya, trus Yaya lagi nginep di kost
cowoknya, misalnya balik kost juga pasti cuman bentar," kata Yoan
sambil naik ke kamarnya dengan diikuti Siska.
"Berarti di kost cuman kamu doang seharian ini?"
"Yoi," jawab Yoan ringan.
Bersambung ke bagian 02
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
3315